Minggu, 20 Juni 2010

Cita-Cita Masyarakat yang Mengandung Nilai-Nilai Ilahiyah

Inilah cita-cita yang dibawa oleh para Rasul dan para penerus mereka. Tidaklah mereka diutus melainkan untuk menegakkan kalimat Tauhid dan membebaskan manusia dari thoghut.

Rasulullah SAW datang bukan membawa Pan-Arabic untuk melawan Imperium Roma dan Persia. Bukan pula membawa jargon marheinisme untuk menentang kaum borjuis. Semua itu hanya menimbulkan pemerintahan manusia (demokrasi) dimana manusia menjadi pembuat hukum.

Rasulullah SAW membawa panji Tauhid. Inilah sebabnya beliau ditentang oleh oleh para pemuka Quraisy pada awalnya. Tetapi ketahuilah, panji Tauhid inilah yang mengantarkan masyarakat Arab pada persatuan, sebab Tuhan mereka hanyalah Allah. Nilai-nilai Ilahiyah inilah yang mengantarkan bangsa Arab kepada kemajuan yang luar biasa.

Dengan aqidah Tauhid, bangsa Arab tidak lagi terkungkung oleh materi atau pun penguasa zholim. Para shahabat rela menyerahkan harta dan jiwa mereka demi pemerintahan Tuhan. Pemerintahan Tuhan itu kemudian terbit dari Madinatun Nabi sebagaimana sebelumnya pernah terbit bersama Musa. Dalam pemerintahan Tuhan, hukum yang digunakan adalah hukum dan perintah Tuhan. Adapun manusia hanyalah khalifah-Nya di muka bumi.

Berkatalah ia: “TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. [Ulangan 33:2]

Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! [Yesaya 21:14]

Di dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa pada perang Uhud, ada seorang shahabat yang duduk beristirahat bersama Nabi sambil memakan kurma. Shahabat tersebut bertanya kepada Rasul SAW, “Wahai Rasulullah! Jika aku maju ke medan perang karena Allah. Lalu aku terbunuh, di manakah tempatku?” Rasul menjawab, “Syurga.” Maka shahabat tersebut maju ke medan perang dan terbunuh.

Shahabat tersebut meninggalkan kurma-kurma yang telah berada di tangannya demi menegakkan kalimat Laa ilaaha illallooh, untuk dapat segera berjumpa dengan Allah di surga. Ya, dia telah meninggalkan dunia yang sedikit ini demi kekasihnya yang abadi. Dia berkorban demi Allah, bukan demi demokrasi absurd atau pun materi.

Untuk mengubah masyarakat kepada kebaikan haqiqi itu dibutuhkan perubahan cita-cita, yaitu kepada tegaknya kalimat Tauhid. Barangsiapa yang berjuang untuk menegakkan dan meninggikan kalimat Tauhid, itulah dia yang berjuang di jalan Allah.

Dengan nilai-nilai Ilahiyah yang telah tertanam di hati itulah Sayyidina Abu Bakr sanggup menyerahkan seluruh hartanya di jalan Allah. Sayyidina Bilal bin Rabah pn rela mengalami siksaan demi mempertahankan kalimat Tauhid. Mereka adalah orang-orang yang telah terbebas dari kungkungan dunia dan thoghut. Keterbatasan materi dan kedudukan duniawi tidak menyebabkan mereka berpikiran picik. Nilai-nilai Tauhid telah memberi mereka energi luar biasa untuk berda’wah, mengajak manusia kepada Allah. Bahkan mereka adalah orang-orang yang tidak mengambil dunia ini kecuali sedikit saja. Maka tidaklah mungkin mereka tergolong orang-orang yang berjuang demi materi dan kedudukan.

Jika ummat Islam ingin berubah dan bangkit, maka tidak ada kata lain, kecuali mereka harus menanamkan nilai-nilai Ilahiyah dalam diri mereka, dan menularkannya. Perubahan itu akan terjadi bila pergerakan yang ada mengandung nilai-nilai Ilahiyah (kebenaran, keadilan, dan kesamaan harkat menurut hukum Tuhan), terkait dengan orang banyak, dan diperjuangkan bersama (berjama’ah/bersinergi).

Untuk mewujudkan perubahan itu diperlukan para da’i dan pendidik yang menanamkan nilai-nilai Ilahiyah. Sungguh, sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi banyak manusia. Dan itu bisa digapai oleh para da’i yang memberi dampak positif kepada masyarakat dengan membawa mereka kepada kebahagiaan haqiqi. Allah telah mengabadikan orang-orang seperti ini dalam Al-Qur`an dan juga dalam kitab-kitab tulisan manusia. Maka tercatatlah nama-nama mereka yang dalam kehidupannya harus berhadapan dengan pemerintahan thoghut, dan mengajak masyarakat yang materialis untuk kembali kepada nilai-nilai Ilahiyah.

Nabi Ibrahim yang berhadapan dengan Namrudz. Nabi Luth yang menghadapi penyembah seks. Nabi Musa yang menghadapi Firaun (thoghut), Hamman (penyembah kedudukan), dan Qorun (materialis). Nabi Muhammad yang menghadapi kaum musyrikin dan pemuka-pemuka mereka, baik yang di Arab, Persia, maupun Romawi. Mereka semua adalah para penyeru kepada Tauhid yang berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku! Sembahlah Allah yang tiada sembahan bagi kamu melainkan Dia.” (Lihat QS. Al-A’raf: 59,65,73,85; Hud: 50,61,84)

Katakanlah (Muhammad): “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. [QS. Al-A’raf (7): 158]

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” [An-Nahl (16):36]

Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” [Al-Maidah (5):72]

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! [Ulangan 6:4]

Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. [Markus 12:29]

Para Nabi telah memobilisasi masyarakat untuk mewujudkan cita-cita luhur, menempatkan kalimat Laa ilaaha illallooh di tempat yang tertinggi. Tidak akan berubah ummat ini dari kesengsaraan dan keterpurukan hingga mereka mau mengubah cita-cita mereka kepada penegakan kalimat Laa ilaaha illallooh. Dan tidak akan hilang ni’mat yang ada pada ummat ini hingga mereka meninggalkan nilai-nilai Ilahiyah.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [QS. Ar-Ra’d (13): 11]

Akhil karim! Kita adalah agen perubahan. Tegakkan kalimat Tauhid di hati kita, maka tegaklah kalimat Tauhid di muka bumi!

sumber : http://manhaj-salaf.net46.net/nilai-nilai-ilahiyah/

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Welcome

MARI BERSAMA MENDUKUNG BATAM HIJAU DAN JADIKAN BATAM SEBAGAI KOTA WISATA

Make Our Town More Digitals

Let's beginning with digital, Batam's Digital Town, we need each other to work together in developing this technology, we need some cooperation between the elements of a good society and the government. . . Beginning now or not all ....

Penayangan bulan lalu

Followers

Mengenai Saya

Foto saya
i am cute and patient either, full of joke but serious too